Keterangan Gambar : Courtesy of https://majalahnabawi.com/
Tidak ada satupun manusia yang tidak memiliki haters apa
lagi orang-orang pilihan. Kita bisa melihat sejarah para nabi, wali dan ulama. Tidak
ada satupun yang bebas dari pembenci ataupun musuh. Keberadaan mereka ini
merupakan keniscayaan bagi orang-orang pilihan bahkan dianggap sebagai sebuah
ni’mat dari Allah SWT.
Dalam hal ini kita bisa melihat teladan pada tokoh ulama’
yang sangat terkenal yaitu Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Imam yang sebenarnya
sudah masuk dalam kriteria mujtahid mutlaq ini memilih tetap bertaqlid kepada
imam Syafi’I dan menjadi mujtahid muntasib. Imam Suyuthi menguasai secara
mendalam 7 bidang ilmu; tafsir, hadits, fiqih, nahwu, badi’, bayan, dan ma’ani.
Ada beragam pendapat tentang karya yang telah ditulis oleh Imam Suyuthi; ada
yang mengatakan 600 karya menurut Ibn Iyas, 500 karya menurut Ad- Dawudi, 460
karya menurut Imam Abdul Wahhab Asy-Sya’roni.
Dengan segala kelebihannya ada 1 hal menarik yang cocok
untuk zaman kita saat ini. Ketika Imam Suyuthi tahu bahwa dirinya dibenci,
dimusuhi dan disakiti oleh sekelompok orang beliau tidak baper atau membalasnya.
Imam Suyuthi bersyukur atas adanya musuh atau pembenci. Beliau berkata :
مما أنعم الله به علي هو أن الجماعة انتصبوا عداوتي وآذوني. وذلك
ليكون لي أسوة بالأنبياء والمرسلين.
Artinya : Di antara ni’mat Allah SWT yang diberikan kepadaku
adalah sekelompok orang memusuhiku dan menyakitiku. Itu karena aku punya suri
tauladan dari para Nabi dan para Rosul.(lihat Al-Thabaqat al Shughro
karya Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni).
Berdasarkan ungakapan Imam Suyuthi tersebut kita tidak perlu
heran dan baper berlebihan atas ujaran kebencian yang ditujukan kepada para ulama’—terlebih
lagi ulama’ NU-- dengan berbagai motifnya. Bagi orang yang benar-benar ulama’
ujaran kebencian itu merupakan ni’mat karena mereka sadar bahwa para ulama’
terdahulu dan para nabi juga mengalami itu. Terlebih lagi Nabi Muhamamd SAW sudah
mengkampanyekan bahwa ulama’ adalah pewaris para nabi. Yang diwarisi dari para
nabi bukan hanya ilmu dan cara dakwahnya tapi juga cobaan yang harus dihadapi.
Nah, untuk mengurangi baper berlebihan dalam menyikapi
ujaran kebencian kepada ulama’ yang lahir dari musuh atau orang yang tidak sepaham
kita perlu menggunakan sudut pandang Imam Suyuthi ini.
والله أعلم بالصواب