Keterangan Gambar : ilustrasi gambar bersumber dari www.iqra.id
Abu Hasan al-Asy’ari adalah pengikut setia aliran Mu’tazilah. Dimasa itu
Ia berguru pada seorang pemimpin Mu’tazilah di Basrah yang bernama Abu Ali
al-Jubba’i. Abu Hasan al-Asy’ari terkenal dengan sosok yang cerdas dan terampil
hingga Dia menguasai keilmuan tingkat atas terkait kemu'tazilah-an. Dia juga sering
menggantikan gurunya dalam berceramah
dan dalam acara-acara debat ilmiah di masa itu. Abu hasan juga banyak membuahkan
bayak kitab sebagai cerminan pembelaan terhadap ajaran Mu’tazilah.
Hengkangnya abu Hasan al-Asy’ari dari Mu’tazilah setelah berumur 40
tahun, ini disebabkan dengan alasan diantaranya pernah bermimpi bertemu Rasulullah
Saw. yang diperintahkan langsung untuk mengikuti ajaran sunnah Nabi Saw. sementara
beberapa pendapat bahwa Abu Hasan al-Asy’ari keluar dari paham Mu’tazilah
disebabkan ketidakpuasan beliau terhadap jawaban dan penjelasan gurunya terkait
keangamaan yang cenderung tidak menyakinkan-Nya. Disamping juga ajaran Mu’tazilah
cenderung tidak banyak diterima dari mayoritas masyarakat ulama.
Semenjak itu juga abu Hasan al-Asy’ari mengarang 55 judul kitab (baca di
kitab al-Amd) termasuk dalam kitabnya ada yang membantah pemikiran Aristoteles
(baca kitab al-Sama wa al-Alam). Selain itu karangan beliau juga banyak
menentang dari tokoh-tokoh Mu’tazilah seperti al-Jubba’I, Abi Hasyim, al-Balkhi, Wara’, al-Iskafi, Abi al-Hazil, dan
lainnya. Termasuk menkritik dari dirinya sendiri semenjak menganut faham Mu’tazilah.
beberapa tentangan Abu hasan al-Asya’ri terhadap pendapat Mu’tazilah adalah
menentang pemikiran bahwa al-Qur’an itu Makhluk (baca kitab al-Luma fi
al-Radd dan kitab al-Ibadanah). Selanjutnya al-Asy’ari menentang
tentang bahwa manusia bebas yang dinginkannya (Jabariyah) sedangkan
menurutnya baik-buruknya seseorang itu tergantung dari kehendak Allah. Selanjutnya
al-Asya’ri menentang pendapat mu’tazilah bahwa orang Islam kalau sudah melakukan dosa besar tidak lagi mukmin dan
juga bukan orang kafir. Dan juga pandangan al-Asy’ari akal tidak memiliki kedudukan
seperti yang diyakini Mu’tazilah.
Semetara pemikiran Mu’tazilah yang dibenarkan oleh al-Asya’ari adalah tentang berbagai istilah dalam al-Qur’an seperti Yadul-lah dan Wajhul-lah menurutnya tidak harus digambarkan bahwa Allah memiliki tangan dan wajah.* Wallahu a’lam. (*)
*Dari Berbagai
Sumber
Oleh : Moch
Mahsun