
Probolinggo, nuprobolinggo.or.id/
Nama KH. Mahfudz Basya tak pernah lekang dari ingatan masyarakat Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Terutama di Dusun Klobungan, Desa Tegalsiwalan. Kiai yang dikenal dengan dedikasinya “Dibalik Layar” ini terus dikenang oleh para santri, alumni dan masyarakat.
Kecintaan alumni dan masyarakat setempat pada Kiai Mahfudz Basya terlihat nyata pada peringatan Haul di Halaman Pondok Pesantren Darul Mukhlashin. Sabtu (25/01/2025)
Rangkaian Haul
Adapun rangkaian Haul diawali sejak Jum’at (24/01/2025) dengan Hailalah Akbar At-Tijani di Halaman pesantren setempat. Kemudian dilanjut dengan rangkaian pembacaan khotmil Qur’an, sholawat nabi hingga pengajian.
Gus Milad, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Mukhlashin yang merupakan putra pertama dari Kiai Mahfudz Basya mengatakan dalam sambutannya bahwa dalam haul ini tidak hanya haul Kiai Mahfudz Basya saja.
“Melainkan ada haul Sayyid Abdurrahman Basyaiban, KH. Mahfudz Siddiq, KH. Muhammad Siddiq, KH. Fathullah Umar, dan masih banyak nama-nama keluarga lainnya” kata Gus Milad
Karena salah satu tujuan disatukannya Haul ini adalah agar para santri dan alumni paham, bahwa nama-nama yang sudah disebutkan dan tertera di Banner Panggung itu semua adalah keluarga dari Shohibul Bait Pondok Pesantren Darul Mukhlashin.
Gus Milad juga menyampaikan bahwa dengan adanya Haul ini menjadi harapan kepada seluruh audience, agar betul-betul mengingat para Mbah Buyut sesepuh dari keluargamu. Bukan hanya ulama, Kiai dan guru saja, melainkan keluarga yang sudah meninggal terdahulu itu lebih penting menjadi daya ingat.
“Ziarah Walisongo itu penting, tapi lebih penting lagi untuk ziarah dan mengenal lebih dekat tentang Mbah Buyut keluargamu” Kata Gus Milad di akhir sambutannya
Pelestarian Tradisi dengan menjadi Santri yang Sabar dan Tegas
Lebih lanjut, Nun Ahmed Tijani Muchlas selaku pengisi Mauidhotul Hasanah juga menceritakan sekelumit perjalanan dan nasihat Almaghfurlah Kiai Mahfudz Basya tempo dulu. Baginya, Kiai Mahfudz dikenal sebagai sosok yang sabar dan sangat tegas.
Pesan yang sangat dikenangnya adalah “Ketika mau jihad mendirikan sebuah majlis ilmu. Bukan hanya tenaga saja yang dikorbankan, tetapi juga harus rela berkorban dengan Harta” Kata Nun Ahmed Tijani
Karena yang diketahui betul, Kiai Mahfudz Basya saat mendirikan Pondok Pesantren Darul Mukhlashin. Bukan hanya dengan tenaga, melainkan harta juga dikorbankan. Seperti sekolah dan pondok gratis, makan gratis hingga seragam gratis.